Berbagi Ilmu dan Cerita

Kamis, 16 Februari 2017

Dimana Letak Inependensinya?

12.19 Posted by Faith, Hope and Love 2 comments
Kaget aku mendengar curhatan kawan mahasiswaku tentang temanya yang menjadi korban penculikan aparat. Itu kata temanya yang diculik benar tidaknya aku tak tahu. Ketika kutanya kenapa dia diculik? Dia ikut aksi pada 14 Februari 2017, tentang aksi kepada  gubernur DKI jakarta yang di aktifkan lagi setelah kampanye. Yang sangat disayangkan sesuai berita yang dilansir detik.com. polisi tidak mengaantongi surat pemberitahuan aksi tersebut. Namun bagi saya tetap saja di negara yang demokrasi ini setiap orang boleh mengeluarkan pendapatnya. Untuk mengkritisi pemerintah yang inkonstitusional. Tapi selayaknya kita juga melihat apakah tidakan kita sebagai mahasiswa sudah konstitusional apa belum.
Selain itu aksi tersebut dilaksanakan sehari sebelum pemungutan suara pilkada 2017. Entah memliki unsur politik atau tidak. Bagi kita yang awam menilai itu sangat berkaitan dengan unsur tersebut. Dan hal yang sangat aku sayangkan ini diakukan oleh mahasiswa. Aku adalah mahasiswa, ketika mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan sungguh begitu disajikan bahwa mahasiswa adalah aktor inelektual yang mambawa bangsa ini kearah kemerdekaan.
Berbanding terbalik dengan potret mahasiswa saat ini. Selain hal diatas kemarin mahasiswa juga mendemo kediaman mantan presiden ke 6 Indonesia, bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Hal itu juga sangat begitu disayangkan. Kediaman seseorang menjadi tempat aksi. Dan juga ketika saya menyaksikan vidio aksi mahasiswa, menampilkan adegan pemotongan kepala ayam sampai putus dan darahnya disiramkan ke foto presiden dan wakilnya, mencoreng aksi 411 dengan  kericuhan Dan aksi mahasiswa lainya yang penuh amarah yang tidak terkendali sampai merusak fasilitas dan menggagu kepentingan umum.
Apakah ini yang disebut dengan independensi? Independensi yang juga digaungkan kepadaku saat aku mengikuti pelatihan organisasi kemahasiswaan? Yang kataya mahasiswa memliki kebebasan befikir dan bertindak. Tidak boleh dipengaruhi oleh pihak manapun. Dari polisi, tentara, parpol, pemerintah dan lain sebagainya. Tapi mungkin kita lupa menebutkan setan didalam dirikita termasuk didalamnya.
 Independensi adalah bentuk terlepas dari ikatan, pengaruh dan terbebas dari belenggu. Sehingga mahasiswa mampu meluapkan pemikiranya. Namun, apakah saat ini mahasiswa tetap independen? Ataukah memang mahasiswa bukanlah makhluk yang independen. Ketika setiap bentuk ekspresi pemikiranya cenderung untuk kepentingan politik praktis atau malah kepentingan emosi dan amarahnya belaka. Apakah mahasiswa masih membela rakyat tertindas seperti yang diakukan Soekarno, Moh. Hatta, Moh Yamin, Tan Malaka, dan pahlawan lain dimasa itu.
Beda jaman beda juga manusianya. Mahasiswa jaman soekarno adalah mahasiswa pilihan. Berasal dari kalangan atas pada masa itu sehingga bisa menempuh pendidikan. Namun tidak ikut menindas rakyatnya sendiri, justru membelanya meski nyawa dan harta taruhanya. Apakah kita seperti itu? Sudahkah kita sadar sebagai mahasiswa siapa yang kita bela? Untuk apa kita kita melakukan aksi? Siapa yang diuntungkan dari perbuatan yang kita lakukan itu? Atau hanya dengan uang sekian rupiah kita jual gelar mahasiswa kita.
Sudahkah kita mengkaji setiap permasalahan dengan akal sehat, adab dan budi luhur bukan dengan amarah, hal yang wajar jika remaja masih memiliki emosi yang tidak stabil namun harus dapat kita bedakan remaja biasa dengan mahasiswa. Ketika kita memakai jaket almamater itu adalah bentuk intelektualitas kita. Sebagai manusia yang berpendidikan.
Sehingga mahasiswa yang melakukan aksinya demi kepentingan politik praktis, inkonstitusional, merusak dan yang negatif lainya adalah mahasiswa yang hilang independensinya. Karena terjajah oleh emosi, oleh hasutan sehingga hati nurani sebagai pemangku adab dan budi luhur terkikis peranya dalam bertindak. Akhirnya yang bertindak adalah setan. Setan yang suka merusak, menghina dan mencaci. Bukan mahasiswa, yang berpendidikan, yang selaras akan fikiran, hati dan tindakan.
Hal ini terjadi karena kurangnya mahasiswa yang suka membaca buku. Menurut Most Littered Nation In the World  indonesia peringkat 60 dari 61 negara. Minat baca orang Indonesia hanya 0,001. Yang artinya hanya 1 dari 1000 orang yang membaca 1 buku setiap tahunya. Hal ini sungguh sangat berpengaruh terhadap mahasiswa. Terutama dalam perbuatanya. Minim literasi membuat mahasiswa lemah dalam mengalisis keadaan sosial dan mudah terpengaruh emosi.
Berbeda kisah soekarno yang menghabiskan banyak buku. Bila ilmu adalah air Soekarno telah menjadi danau yang luas dan dalam tak akan asin bila diberi sekarung garam sekalipun. Sehingga dalam meraih kemerdekaan beliau tak terbawa amarah dan tak ada pertumpahan darah.

Mari kita mulai dari diri sendiri. Menjadi mahasiswa yang merawat Independensinya. Dengan senantiasa belajar dan membaca. Sehingga dalam setiap aksi  kita tahu untuk apa dan untuk siapa aksi itu kita lakukan. Dan pada saatnya nanti kita siap terjun kemasyarakat, menjadi bagian masyarakat dan meneruskan amanat menjadi agent perubahan untuk indonesia yang sejahtera, aman, adil dan makmur. Salam Mahasiswa!!!!!!

2 komentar: