si Asus |
Hampir
5 jam berputar putar aku di salah satu mall besar di Tangerang. Helah mencari
cari sesuatu yang telah aku rencanakan. Gara-gara insiden meninpa diriku
beberapa waktu lalu. Pojok kanan, kiri tengah semua sudut toko kita tanyai
tawar. Yaahh akhirnya tak kunjung dapat. Laptop baru yang takku inginkan.
Begini critanya.
Beberapa
bulan lalu, Di siang yang seperti biasa waktu sepulang kuliahku selalu
disibukan oleh berbagai urusan organisasi yang mbliwet. Inilah itulah, Yaah tak apalah namanya juga belajar.
Apapun tantangannya hajar! Sampai sore aku menggunakan laptop kesayanganku. Yang penuh
stiker dan warnanya sangat kusam berdebu. Tapi aku tak peduli aku tetap
menggunakanya. Batrai biosnya habis sehingga setiap ku gunakan aku harus
menyeting waktu. Karena tugas ketikanku belum selesai akhirnya aku tinggalkan
laptop tercintaku itu di sekretariat. Agar esok ku tak perlu membawa beban yang
berat-berat. Namun hal tak terduga terjadi. Gereget hatiku. Mungkin pecah
hatiku.
Aku
masih ingat laptop pertamaku. Aku beri nama dia si Asus karena mereknya asus. Kira
kira sekitar 7 tahun yang lalu. Saat itu aku kelas 7 smp. Ya seperti biasa
layaknya anak anak kecil pada umumnya pasti meliki rasa ingin punya wajarlah
anak seumuran itu.
Begini
critanya, pagi itu, ketika mendapat tugas dari Bu Darsih salah satu guru
kesayanganku dia menunjukan tugas kliping yang di kerjakan kelas 7h. Ternyata
eeh ternyata tugas itu diprint dengan printer. Semua kawan-kawan terperangah
dengan hal itu. Waahhh kereeen. Tugas itu membuat iri diriku.
Siapa
anak yang secanggih itu. Bu Darsih hanya menyebutkn tugas anak 7h. Jadi penasaran
aku mau menanyakan pada si rudi kawanku kelas 7h nanti saat istiahat. Bel
istirahat berbunyi. Kebetulan kelasku ada d 7c. Melaeti kelas rudi bila ingin
ke kantin atau musola. Aku dan kelima anggota geng kami brjalan menyusuri
lorong kelas yang berubin kotak-kotak. 7d, 7e, 7f dan 7h. Ketika aku lihat dari
depan pintu kenapa anak anak pada menggeombol? Rudi memangil Besek, ketua geng
kami. “Sek rene tak dudoi apik”. Kami menghampiri kerumunan itu. Walah ternyata
laptop bermerek tosibah. Sangat keren seluruh anak anak kagum. Seperti sebuah
tivi tipis dengan banyak tombol. Ada panah yang bisa digerakan oleh telunjuk
jari dengan sebuah kotak kecil dibawahnya.
Dulu
aku pernah melihat barng mewh itu saat aku masih kelas 5 sd. Ada guru magag
yang memaerkan laptop di depan kelas. Dan anak-anak sama tajubnya dengan hal
ini. Baru kali ini aku melihat laptop dari dekat. Sangat indah, layar tv nya
sangat jernih tidak seperti tvku
dirumah. Meski sayang tidak bisa untuk menoton tv.
Sepulang
sekolah aku masih terbayag bayang laptop itu. Sampai rumah aku bilang “yooong
aku muleh”. Iyong adalah panggilan untuk nenekku. Dia menjawab “Iyo ndang salin
trus madang”. Aku jawab iyo yong. Tapi tak langsung ku lakanakan prntahanya. Ku
buang tasku ke pojok kamar. Badan langsung kulempar kekasur, berbaring di atas
kasur kapuk randu yang empuk. Sambil menatap langit langit. Aku membayangkan
andai aku memiliki laptop yang seperti itu. Pasti si dia cemcemanku akan jatuh
hati padaku. Hahaha, khayalanku terus terbang. Bunyi kretek kretek kasur. angin
dingin yang berhembus melalui jendela mengantarkanku dalam khayal yang menjadi
mimpi siang.
“Tangi
an tangi, wes sore ndang adus”. Triak iyong menggoyang goyang tubuhku. Waahh.
Aku ketiduran. Aku lagsung loncat berdiri. “Jam piro ki yong?” Tanyaku. “Wes
jam setengah 6 sore”. Waahhh sial. Aku melewatkan pertandingan sepak bola.
Seharusnya hari ini tim ku main melawan dusun sebelah. Aku menatap iyong raut
mukanya sepert biasa. Seperti marah tapi aku tak tau, dia marah benar benar
marah atau tidak. Karena setiap hari dia seperti itu. “Kon salin gak ngang
salin, ndgan adus adzan magrib”. Perintahnya. Dan kali ini aku melaksanakan
perintahnya.
Malam
pukul 21:00 aku memandangi tv. Menoton acara acara film yang mulai di pukul
itu. Iyong masuk kamar, sebelumnya ia menobrol dengan tetanggga diemper rumah
dari ba,da isya. Dia lewat begitu saja di depanku. Melirik atau melihatpun
tidak. Kamarnya tidak berpintu hanya berselambu tepat disamping tv. Tetangga
yang sebelumnya menemani iyong sudah pulang. Sekarang tiba tiba sepi hanya
terdengar suara tv. Aku merasa sepi dan tiba-tiba aku mengingat cemcemanku.
Yang pendek badanya, pipinya tembem, manis, hidungnya seperti tempelan jambu
air dan rambutnya yang selalu dikepang dua setiap hari.
“Aahh
laptop” kataku dalam hati. Aku harus punya biar tidak kalah keren dengan yang
lain. Ku cek pulsa di hp nokia 3230ku. Waah cukup. Adapulsa. Aku langsung
keluar rumah. Ku telfon ibu dan bapak. “Halo bu,” ibu menjawab “halo le, pye
kabare dengaren nelfon ono opo?”, “Kabare apik bu. Aan karo iyong sehat. bu Aan
njaluk laptop. Kanggo sekolah”. “Laptop! Iyo. Engko tak tukoke”. Jawab ibu,
bikin aku sumeringah. Tiba tiba tuutt tuutt pulsa habis. Dan hp berbunyi lagi
ibu yang menefon. Dan bergitu seterusnya sampai dengan obrolan panjang. Antara
ibu dan iyong yang terbangun yang ingin berbiacara juga dengan ibu.
Sekian
bulan berselang aku masih bingung kapan aku akan memiliki laptop. Cemcemanku
sekarang sudah memiliki pacar. Tentunya bukan aku pacarnya. Pacarnya orang lain
sahabat sekolahku dari sd. Kebetulan dia sekelas dengan cemcemanku sehingga
peluangnya lebih besar. Dia yang setiap pagi berangat sekolah naik bus mini bersamaku.
Mengelantung dipintunya, Karena didalam sudah penuh sesak.
Aku
tak mungkin manruh dendam kepadanya, karena dia sahabatku. Tapi harus aku akui
dia memang tampan. Kulitnya putih, rambutnya panjang dan matanya agak sedikit
sipit. Sperti orang cina. Tak seperti aku ini yang biasa biasa ajah. Tak apalah,
lagian dia tidak tahu dan tidak ada yang tahu kalo aku menyukai pacarnya,
sebelum pacarnya itu menjadi pacanya sekarang. Tapi ini semua berkat kesalahan
yang lain.
Tentang
laptopku yang tak kunjung datang. Beberapa kali aku telfon ibu dan bapak selalu
menjawab nanti pas lebaran. Pas ibu bapak pulang. Terlalu lama. Sekitar 4 bulan
lagi dan aku keburu naik kelas. Tapi apa boleh buat. Kakaku yang kuliah disana.
Selalu membujuk ibu agar tak segera membelikanku laptop dan seperti kebiasaan dari
dulu. Memarahiku. Sekarang bedanya melalu telfon.
Puasa
ramadhan minggu ketiga akhirnya ibu datang. Hal yang sangat ku nantikan. Ibu
bapak datang tak tanggung-tanggug. Bis mini yang biasanya aku naiki untuk
berangkat sekolah dicater agar mau mengantar sampai depan rumah. Tetangga
berduyun-duyun menghampiri. Membantu menurun kan barang. “Wahh lek Si wes balek”.
Ujar mbak Umi dari depan rumanhya. Ibu langsung memeluku dan menyalami iyong.
Aku menurukan barang bersama bapak. Kulihat-lihat sudahkah aku dibelikan
laptop?. Setelah semua barang sudah masuk rumah apakah ada yang ketinggalan. “An
rene” panggil ibu sambil melambai. Diajaknya aku masuk kedalam kamar disana ada
masku yang senyum senyum tak jelas. Dan memberikan tas yang dipakainya.
Sambil
meliriknya kubuka tas itu. Ternyata laptop yang kunantikan datang. Warnanya
merah maroon. Ukuranya tak sebesar miik kawanku. Ada tulisan asusnya. “dirawat
ben awet” kata ibu. “Iya bu”. Jawabku sambil menciumnya. Tapi semua terlambat. untuk
apa laptop ini. Aku sudah kelas 8. Mungkin tugas tugas kliping seperti yang bu
Darsih berikan dulu tak ada lagi. Cecemanku sudah punya pacar. Tapi tak apalah
laptop ini pasti berguna. Meski dia hadir saat aku tak membutuhkanya.
Laptop
baruku yang dulu sekarang sudah pecah LCDnya menambah kerusakanya. Bautnya
banya yang hilang karena dulu waktu aku smk sering aku bongkar untuk eksperimenku.
Sering aku instal ulang. Aku format, warnanya sudah pudar. Banyak stiker stiker
organisasi. Menemaniku dalam ujian kopetensi, menemaniku dalam mengerjakan
tugas, dalam tahun-tahunku menempuh pendidikan dari SMP sampai saat ini aku
Mahasiswa .
Sudah
7 tahun berselang dari masa itu. Sekerang laptopku baru lagi saat aku menemukan
laptop yang cocok sebagai pengganti. Kau laptopku yang lama sangat berjasa
dalam diriku saat ini. Tanpamu aku bukan aku yang sekarang. Hanya hardiskmu
yang aku ambil. Dan dirimu akan aku simpan. Pada saatnya nanti akan kucritakan
kisah-kisahmu pada anaku. Terima kasih sahabatku. ASUS.
0 komentar:
Posting Komentar